Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.
Ia ucapkan perpisahan itu. Ia melihat peta, nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani lagi.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.
- Asmaradana, Goenawan Mohamad
Asmaradana adalah sebuah tembang
macapat Jawa yang menceritakan kisah antara Damarwulan dan kekasihnya,
Anjasmara. Puisi ini menangkap fragmen pertemuan terakhir mereka, ketika
Damarwulan berpamitan kepada Anjasmara, untuk berangkat berperang
melawan seorang pengkhianat Majapahit.
Lewat remang dan kunang-kunang,
kaulupakan wajahku, kulupakan wajahmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar