Bayang, tampakkan kerlip bintang tiada tara
Mengharap mata menangkap sinarnya
Bukan melupa, ia malu- malu lalu sirna
Mencari dan menghilang putus asa
Cahaya mengabur saat terlihat
Harap menyeruak berbangkit kalut
Bayang, sembunyi dalam lembah kesunyian
Ia, melengkukan senyum sabit malam yang mengalun
Terkantuk menggatung menyelimuti
Dengan ia berdiri tenang mengamati
Tepiskan sungkan yang mesti terobati
Dan bayang, itu Ibu yang telah pergi.
Senin, 05 Mei 2014
Hanya
Kemana?
Padang ilalang seberang telaga gersang melayu.
Mengapa?
Peluk angin pun kini pergi berlalu.
Haruskah?
Awan bersandiwara menutupi cahaya yang lalu.
Bagaimana?
Mungkin bintang bisa menjawab pada rendah yang mengadu
Selasa, 18 Februari 2014
Dia, Hujan
Gemulai di atas daun
Beratkan tangkai yang layu
Mengayun diam namun ayu
Kemarau meranggas tak tersisa
Menghalau angin walau mustahil
Ketika asa telah pergi
Penghujan,
Datangkanmu dengan mekaran
Hidupkanmu dengan rinai nyanyian
Juga,
Menyatu bersama
Terhentak ke bawah; dimana tanah
Kamu berasal
Memanggilmu dalam dekapan
Mengenang, 18 februari
Langganan:
Postingan (Atom)